Promosi Kesehatan di Radio Polaris FM dengan topik Kesehatan Reproduksi Pada Remaja
Salah satu
kegiatan promosi kesehatan Puskesmas Mertoyudan I adalah melakukan promosi
kesehatan melalui media Radio yang kali ini disampaikan melalui radio Polaris
FM oleh bapak dr. Oktora Kunto Edhi, MM selaku pimpinan UPTD Puskesmas
Mertoyudan I, topik kali ini masih sekitar remaja yaitu Kesehatan reproduksi
pada remaja (6/9/2017) salinan materi sbb:
Masa remaja
merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa peralihan dari anak
menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami percepatan pertumbuhan,
perubahan-perubahan baik fisikmaupun psikologis. Oleh karenanya, remaja sangat
rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan
yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial Hurlock (1973) memberi
batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18
tahun. Menurut Thornburgh (1982), batasan usia tersebut adalah batasan
tradisional, sedangkan aliran kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga
22 tahun. Lebih lanjut Thornburgh membagi usia remaja menjadi tiga kelompok, yaitu:
1) remaja awal antara 11 hingga 13 tahun, 2) remaja pertengahan antara 14 hingga
16 tahun,dan 3) remaja akhir antara 17 hingga 19 tahun.
Masa remaja
merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia Yang batasannya usia maupun
peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap
sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau terjadi
pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum
usia 11 tahun.Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang)
mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja
dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia
nyata orang dewasa, meski disaat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi.
Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja
hampir tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya
seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai
anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk bersikap
mandiri dan
dewasa.
Perkembangan
pada remaja merupakan proses untuk mencapai kemasakan dalam berbagai aspek
sampai tercapainya tingkat kedewasaan. Proses ini adalah sebuah proses yang memperlihatkan
hubungan erat antara perkembangan aspek fisik dengan psikis pada remaja. Dari
sudut pandang kesehatan, tindakan menyimpang yang akan mengkhawatirkan adalah
masalah yang berkaitan dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran penyakit
kelamin (sexual transmitted disease), kehamilan di luar nikah atau kehamilan
yang tidak dikehendaki (adolescent unwanted pragnancy) dikalangan remaja.
Masalah-masalah yang disebut terakhir ini dapat menimbulkan masalah-masalah
sertaan lainnya yaitu unsafe aborsi dan pernikahan usia muda. Semua masalah ini
oleh WHO disebut sebagai masalah kesehatan reproduksi remaja, yang telah mendapatkan
perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional .
Perkembangan
Fisik Remaja Masa pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan fisik
(meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi
fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada
masa pubertas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat,
drastis, tidak beraturan dan bermuara dari perubahan pada sistem reproduksi.
Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai
siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan
tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual
primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual primer
mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder
mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya,
pada remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya
rambut-rambut pubis, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra
mengalami pollutio (mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh
rambut-rambut pubis, tumbuh rambut pada bagian tertentu seperti di dada, di
kaki, kumis dan sebagainya.
Pertumbuhan
berat dan tinggi badan juga mengikuti perkembangan kematangan seksual remaja.
Anak remaja putri mengalami pacu tumbuh (penambahan TB dan BB dengan cepat)
sebelum timbulnya tanda seks sekunder, pada usia rata-rata 8-9 tahun, sedangkan
menarche terjadi rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja putra, pacu tumbuh
mulai terjadi sedikit lebih lambat pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan perubahan
suara terjadi pada usia 13 tahun. Penyebab terjadi makin awalnya tanda-tanda pertumbuhan
ini diperkirakan karena faktor gizi yang semakin baik, rangsangan dari
lingkungan, iklim, dan faktor sosio-ekonomi. Perubahan fisik yang terjadi pada
masa pubertas adalah akibat meningkatnya kadar hormone kelamin (sex hormones)
yang diproduksi gonad dan kelenjar adrenal .
Kelenjar ini
dirangsang oleh hormone gonadotropin dari kelenjar hipofisis, yang distimulasi
oleh rangsangan hormone GNRH dari hypothalamus, yang baru dilepaskan setelah
tercapai kematangan tubuh anak. Perkembangan Psikologis Remaja Ketika memasuki
masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang merupakan
pembentukan dari perkembangan selama ini.
Di luar
sistem kepribadian anak seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi,
pengaruh media massa, keluarga, sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan
norma masyarakat tidak dapat diabaikan dalam proses pembentukan kepribadian
tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai faktor penunjang ini dapat
saling mendukung dan dapat saling berbenturan nilai. Masa remaja merupakan masa
yang penuh gejolak, (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Hasil penelitian
menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit untuk berubah dari
mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa
memerlukan beberapa jam untuk hal
yang sama.
Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini
seringkali
dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari
di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut
belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal
kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis
dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap
pendapat orang lain yang membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan
citra yang direfleksikan (self-image). Pada usia 16 tahun ke atas,
keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan
dengan dunia nyata Dari beberapa dimensi perubahan yang
terjadi pada
remaja seperti yang telah dijelaskan di atas maka terdapat kemungkinan
penyimpangan perilaku yang mengundang resiko pada
masa remaja
misalnya seperti penggunaan alkohol, tembakau dan zat lainnya, serta aktivitas
pergaulan seksual yang membahayakan. Alasan perilaku yang mengundang resiko
adalah bermacam–macam dan berhubungan dengan rasa takut, dianggap tidak cakap,
perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan
teman sebaya.
Perkembangan
Kesehatan Reproduksi Remaja Masa remaja juga dicirikan dengan banyaknya rasa
ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak terkecuali bidang
seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksipun mengalami
perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Pada masa pubertas,
hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan perubahan fisik/tubuh
juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja mulai merasakan dengan jelas
meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya muncul ketertarikan dengan
orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual. Kematangan organ
reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya
serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan sangat
berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.
Sebagai
akibat proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja sudah dapat
menjalankan fungsi prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan. Meskipun
demikian, hal ini tidak berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan
aman secara fisik. Usia reproduksi sehat untuk wanita adalah antara 20–30
tahun. Faktor yang mempengaruhinya ada bermacam-macam .Misalnya, sebelum wanita
berusia 20 tahun secar fisik kondisi organ reproduksi seperti rahim belum cukup
siap untuk memelihara hasil pembuahan dan pengembangan janin. Selain itu,
secara mental pada umur ini wanita belum cukup matang dan dewasa. Ibu muda
biasanya kemampuan perawatan pra-natal kurang baik karena rendahnya pengetahuan
dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri ke pusat pelayanan kesehatan. Salah
satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan
organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free sex) masalah kehamilan
yang terjadi pada remaja usia sekolah diluar pernikahan, dan terjangkitnya penyakit
menular seksual termasuk HIV/AIDS.
Mengapa
Remaja Melakukan Hubungan Seks? Penyebabnya antara lain tekanan pasangan, merasa
sudah siap melakukan hubungan seks, keinginan dicintai, keingintahuan tentang
seks, keinginan menjadi popular, tidak ingin diejek “masih perawan”, pengaruh
media massa (tayangan TV dan internet) yang menampakkan bahwa normal bagi
remaja untuk melakukan hubungan seks, serta paksaan dari orang lain untuk
melakukan hubungan seks.
Pergaulan
seks bebas berisiko besar mengarah pada terjadinya kehamilan tak diinginkan
(KTD). Kehamilan tak diinginkan (KTD) terjadi karena beberapa faktor seperti
faktor sosiodemografik (kemiskinan, seksualitas aktif dan kegagalan dalam penggunaan
kontrasepsi, media massa), karakteristik keluarga yang kurang harmonis
(hubungan antar keluarga) , status perkembangan (kurang pemikiran tentang masa
depan, ingin mencoba-coba, kebutuhan akan perhatian), penggunaan dan
penyalahgunaan obat-obatan. Selain masalah kehamilan pada remaja masalah yang
juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada masa
remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS. Dilihat dari jumlah
pengidap dan peningkatan jumlahnya dari waktu kewaktu, maka dewasa ini HIV
(Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
sudah dapat dianggap sebagai ancaman hidup bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan laporan.Departemen Kesehatan sampai Juni 2003 jumlah pengidap
HIV/AIDS atau ODHA (Orang Yang Hidup Dengan HIV/AIDS) di Indonesia adalah 3.647
orang terdiri dari pengidap HIV 2.559 dan penderita AIDS 1.088 orang. Dari jumlah
tersebut, kelompok usia 15-19 berjumlah 151 orang (4,14%); 19-24 berjumlah 930
orang (25,50%). Ini berarti bahwa jumlah terbanyak penderita HIV/AIDS adalah
remaja dan orang muda. Dari data tersebut, dilaporkan yang sudah meninggal
karena AIDS secara umum adalah 394 orang (Subdit PMS & AIDS, Ditjen PPM
& PL, Depkes R.I.). Penularan virus HIV ternyata menyebar sangat cepat di
kalangan remaja dan kaum muda. Penularan HIV di Indonesia terutama terjadi
melalui hubungan seksual yang tidak aman, yaitu sebanyak 2.112(58%) kasus.
Dari
beberapa penelitian terungkap bahwa semakin lama semakin banyak remaja di bawah
usia 18 tahun yang sudah melakukanhubungan seks. Cara penularan lainn ya adalah
melalui jarum suntik (pemakaian jarum suntik secara bergantian pada pemakai narkoba,
yaitu sebesar 815 (22,3%) kasus dan melalui transfusi darah 4 (0,10%)kasus).
FKUl-RSCM melaporkan bahwa lebih dari 75% kasus infeksi HIV dikalangan remaja
terjadi di kalangan pengguna narkotika. Jumlah ini merupakan kenaikan menyolok
dibanding beberapa tahun yang lalu. Beberapa penyebab rentannya remaja terhadap
HIV/AIDS adalah 1) Kurangnya informasi yang benar mengenai perilaku seks yang
aman dan upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh remaja dan kaum muda, 2) perubahan
fisik dan emosional pada remaja yang mempengaruhi dorongan seksual dan
mencoba-coba sesuatu yang baru, termasuk melakukan hubungan seks dan penggunaan
narkoba, 3) adanya informasi yang menyuguhkan kenikmatan hidup yang diperoleh melalui
seks, alkohol, narkoba, dan sebagainya yang disampaikan melalui berbagai media
cetak atau elektronik, 4) adanya tekanan dari teman sebaya untuk melakukan
hubungan seks, misalnya untuk membuktikan bahwa mereka adalah jantan, 5) resiko
HIV/AIDS sukar dimengerti oleh remaja, karena HIV/AIDS mempunyai periode
inkubasi yang panjang, gejala awalnya tidak segera terlihat, 6) informasi
mengenai penularan dan pencegahan HIV/AIDS rupanya juga belum cukup menyebar di
kalangan remaja sehingga banyak remaja masih mempunyai pandangan yang salah
mengenai HIV/AIDS, 7) remaja pada umumnya kurang mempunyai akses ke tempat
pelayanan kesehatan reproduksi dibanding orang dewasa sehingga banyak remaja
yang terkena HIV/AIDS tidak menyada ri bahwa mereka terinfeksi, kemudian
menyebar ke remaja lain, sehingga sulit dikontrol.
KESIMPULAN:
KETERTARIKAN
ANTAR REMAJA PADA LAWAN JENIS ADALAH WAJAR NAMUN KETERTARIKAN YANG BERAHIR
DENGAN KEHAMILAN YANG TIDAK DIINGINKAN BAHKAN SAMPAI MELAKUKAN ABORSI ADALAH
TIDAK WAJAR.
DALAM MENYIKAPI PERUBAHAN SEKSUAL SEKUNDER
YANG ALAMIAH, REMAJA DIANJURKAN UNTUK MENGISI DENGAN KEGIATAN-KEGIATAN YANG
POSITIF.
Referensi
Ahmad, K.
(2004). Pregnancy complication kill 70,000 tenagers a year.
The Lancet;
15;363, 9421, p 1616
As-sanie,
S., Gantt, A, & Rosenthal, MS. (2004). Pregnancy prevention in
adolescents.American Family PhysicianVol 70 (8), p 1517.
Atkinson
(1999).
Pengantar
Psikologi. Jakarta: Penerbit Erlangga.Azwar, S.(2002).
Sikap Manusia,
Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta. PustakaPelajarOffsetBKKBN.(2001).
Gilbert,
WM., et al (2004). Birth outcomes in teenage pregnancy.Journal of Maternal-Fetal&
Neonatal Medicine; 16, 5, p 265.Hurlock, E.B (1998).
Perkembangan
Anak.Jakarta: Erlangga.Kaplan dan Sadock.(1997).
Sinopsis
Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis(Edisi ke 7, Jilid 1).
Jakarta. Binarupa Aksara.
Magill &
Wilcox (2007). Adolescent pregnancy and associated risks: Not just a result of
maternal age.American Family Physician. Vol 75 (9), p 1310 Mappiare, A. (1992).
Psikologi Remaja. Surabaya:
Komentar
Posting Komentar